Alhamdulillah, hari ini saya diizinkan Allah SWT untuk berkunjung ke kota Thaif. Tadi pagi saya keluar hotel sekitar pukul 9 waktu KSA kemudian menuju bus yang sudah disediakan oleh Madinah Iman Wisata. Ternyata busnya ganti, ngga pake Za’er bermesin King Long kaya kemarin-kemarin. Sekarang berganti bus dari Eropa bermesin Mercedes Benz, lupa ngga tak foto busnya jadi lupa juga namanya hehe. (foto bus di pom bensin dibawah itu bukanlah bus yang saya tumpangi).
Btw bus rombongan saya penuh, rupanya pergantian bus dari bus Za’er ke bus Mercy menyebabkan berkurangnya jatah kursi yang tersedia. Empat orang rombongan saya pindah ke bus rombongan belakang yang rupanya masih longgar. Yowis ngga apa, sayapun naik bus dan mengucapkan salam kepada rombongan lain. Seperti biasa, perjalanan kanan kiri dihiasi oleh pegunungan batu. Ngga kaya di Jawa, pegunungannya tanah, dan kadang longsor akibat penebangan hutan :(.
Disupiri oleh orang Arab badui yang kurang bersahabat membuat perjalanan saya kurang terasa nyaman, apalagi dirombongan yang belum saling kenal. Ngga bersahabatnya gimana? Ketika sang supir ditanyain ama muthawif darimana dia berasal, ternyata dijawab dari bawah langit diatas bumi –tentunya dengan bahasa Arab ya–. Rupanya tidak sampai disitu, cara mengendarai busnya juga ugal-ugalan, bus Mercy yang harusnya nyaman menjadi tidak karuan. Muthawif kami memimpin membacakan Al-Fathihah untuk kelembutan hati sang sopir. Alhamdulillah langsung dikabulkan Allah, bus kami dihentikan oleh pak Polisi, karena dilaporkan oleh salah satu pengguna jalan lain. Memakan waktu hampir 1 jam sang sopir diinterogasi. Foto dibawah ini adalah tempat dimana sang supir dihentikan oleh pak Polisi Arab, ya Arab maklum aja deh :D.
Alhamdulillah pukul 11:58 kami istirahat di masjid Abdullah bin Abbas yang ternyata bus rombongan lain sudah mau melanjutkan perjalanan ke Kebun Bunga di Thaif sementara bus saya ini baru sampai. Akhirnya kami berempat memutuskan pindah ke bus rombongan kami semula walau dengan lesehan. Sayapun pamit kepada bus yang saya tumpangi tadi menuju bus rombongan saya seharusnya. Alhamdulillah saya lesehan.
Pemandangan berganti ketika kami sampai kebun bunga, dengan hawa yang sejuk kami melihat-lihat bagaimana bunga mawar dijadikan parfum yang ternyata direbus dalam panci bessssaaarrr banget -hehe norak-. Namun hasil parfumnya saya kurang suka karena harga aromanya yang saya kurang suka pokoke. Setelah rombongan kami selesai belanja parfum kami melanjutkan perjalanan untuk makan siang sekaligus sholat Duhur dijamak Ashar di masjid Wadi Sair Kabir yang juga bisa digunakan sebagai tempat miqot, perjalanan selama kurang lebih 2 jam dari Thaif ke Makkah dengan lesehan terlewati curhatan dari temen saya serta ditemani camilan kacang sekantong kresek seharga 15 riyal :D.
Nabi Muhammad SAW Dilempari Batu di Thaif
Kisah pilu perjalanan saya itu sangatlah jauh bagaikan bumi dan langit dibandingkan pilunya kisah Nabi Muhammad SAW. Bayangkan aja, saya melakukan perjalanan dari Makkah ke Thaif dalam waktu 2 jam saja sedangkan dahulu Nabi Muhammad SAW dan sahabat Zaid bin Haritsah membutuhkan waktu 4 hari 4 malam dengan berjalan kaki untuk sampai ke Thaif, Ya Allah :(.
Kedatangan Nabi Muhammad SAW ke Thaif bukan untuk meminta uang, bukan juga untuk meminta kekuasaan, Nabi Muhammad SAW datang untuk berdakwah. Namun apa yang dilakukan oleh kaum kafir di Thaif pada saat itu? Mereka memperlakukan Nabi Muhammad SAW dengan tidak manusiawi :(, anak-anak disana melempari Nabi Muhammad SAW dengan batu hingga ketika akan keluar dari Thaif Nabi Muhammad SAW dipukuli orang-orang kafir disana.
Dengan kondisi terluka Nabi Muhammad SAW dan sahabat Zaid bin Haritsah berhasil keluar dari kampung Thaif :(. Nabi SAW menghampiri sebuah pohon anggur lalu duduk di sana. Di tempat itu, Rasulullah SAW berdoa sambil menahan sakit yang mulai menjalar tubuhnya.
Ya Allah, aku mengadu kepada-Mu atas lemahnya kekuatanku dan sedikitnya usahaku serta kehinaan diriku di hadapan manusia. Engkaulah Tuhan semesta alam, Pelindung orang-orang yang lemah dan Engkaulah Pelindungku. Kepada siapa hendak Engkau serahkan diriku. Kepada orang yang jauh yang menyerangku ataukah kepada Zat yang dekat yang mengatur urusanku. Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli. Aku berlindung terhadap cahaya wajah-Mu Yang menerangi kegelapan dan karenanya membawakan kebaikan bagi dunia dan akhirat, dan kemurkaan-Mu yang akan Kautimpakan kepadaku. Engkaulah Yang berhak menegur hingga berkenan pada-Mu. Dan tiada daya dan upaya selain dan Engkau.
Saya tidak berani cerita banyak tentang ini karena ngga tega, cukup cerita sedih muthawif tadi saja yang menempel diingatan saya :(. Semoga para pembaca diberikan kesempatan untuk mengunjungi kota Thaif yaaa. Aamiin.